Selasa, 15 Desember 2009

PANDUAN PENYUSUNAN MAKALAH

COPY PASTE FROM: http://myenglish01.wordpress.com/2009/10/06/a-z-penulisan-makalah-akademis-2/ Silahkan kunjungi situs tersebut sebagai ucapan terima kasih atas ilmu yang dibagi oleh beliau

A-Z PENULISAN MAKALAH AKADEMIS

Oleh : Herri Mulyono

Dosen Jurusan Bahasa Inggris

Politeknik Bina Indonesia, JakartaSelatan

Jakarta, 20 Maret 2005

A. Pendahuluan

Salah satu ciri kemampuan yang dihasilkan dari sebuah lembaga pendidikan formal adalah kemampuan penulisan sebuah makalah atau sering juga disebut dengan paper. Pada lembaga pendidikan formal seperti pada jenjang sekolah menengah atas (SMA) dan pendidikan tinggi (universitas ataupun sekolah tinggi) telah menjadikan penulisan makalah atau paper tersebut sebagai salah satu syarat kelulusan dari peserta didiknya.

Tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua term makalah dan paper, atau bahkan banyak kalangan memberikan definisi yang sama tentang keduanya. Dalam gambaran umum, Concise oxford dictionary – the tenth edition, makalah atau paper (selanjutnya kita gunakan istilah makalah) didefinisikan sebagai rangkaian pengujian terhadap beberapa pertanyaan yang dijawab dalam sebuah sesi. Atau dengan kata lain, makalah merupakan jawaban tertulis dari pengujian atas beberapa pertanyaan. Untuk mempersingkat pembahasan, term makalah dari definisi diatas inilah yang akan dijadikan landasan uraian isi dalam artikel ini.

Dari definisi term makalah diatas, maka diambil sebuah benang merah tentang definisi atas term makalah akademis sebagai penulisan makalah yang mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam dunia akademis. Aturan-aturan tersebut adalah antara lain; menggunakan level penulisan formal dengan format baku penulisan disesuaikan dengan lembaga yang terkait, bersifat ilmiah, didukung oleh fakta atau terdapat teori-teori (pendapat ahli) yang berkaitan dengan materi yang sedang ditulis serta sumber pustaka atau lebih dikenal dengan istilah bibliography (daftar pustaka), Nasution (1987) menambahkan bahwa syarat ilmiah dari sebuah makalah adalah jika mengikuti langkah-langkah yang umum dipakai dalam metode pemecahan masalah atau problem solving; yaitu:

1. Adanya masalah
2. Pengajuan hipotesis atau praduga jawaban atas masalah yang ada
3. Pengumpulan data
4. Menguji hipotesis, kemudian
5. Mengambil kesimpulan yang merupakan generalisasi jawaban dari pertanyaan yang telah diuji

Dalam artikel ini, pembahasan difokuskan kepada langkah-langkah dasar yang disusun dalam proses penulisan sebuah makalah akademis mulai dari perencanaan hingga pengambilan keputusan dan pemberian saran. Yang perlu diingat adalah, bahwasanya langkah-langkah tersebut bukan bersifat baku melainkan sebuah penawaran belaka bagi pemula dalam memulai penulisan makalah akademis mereka. Serta, format penulisan makalah yang ditampilkan dalam artikel ini merupakan format penulisan yang lazim digunakan.

Langkah dalam proses penulisan makalah yang diuraikan dalam artikel ini lebih menekankan pada dasar pencarian sumber pustaka atau literature search yang dapat ditelusuri melalui jalur perpustakaan atau dapat juga melalui internet. Selain itu, uraian dalam artikel ini merupakan pedoman dasar dalam proses penulisan sebuah skripsi nantinya.

Contoh-contoh yang diberikan berkaitan dengan pembahasan dalam uraian artikel ini diambil dari sumber skripsi sebagai berikut:

“The Correlation Between Student’s Vocabulary Mastery and Reading Comprehension” (Hubungan Antara Pencapaian Kosa Kata Siswa dengan Kemampuan Membaca) oleh Wiji Hastuti, Jurusan Bahasa Inggris IKIP Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (2001).

“Pendekatan Keterampilan Proses dan Pendekatan Pencapaian Konsep dalam Pembelajaran Fisika” oleh Dwi Hariyadi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta (2003).

“Students’ Response towards the Use of Supermemory Music in Reading Lessons” (Respon siswa terhadap penggunaan musik supermemory dalam pelajaran membaca), Studi Kasus di Intensive English Course (IEC) Tanjung Priuk Jakarta Utara oleh Herri Mulyono, Jurusan pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta (2003).

B. Isi Artikel

Artikel ini berisi tentang langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam proses penulisan sebuah makalah akademis. Uraian pembahasan langkah-langkah tersebut ditulis dalam kerangka sebagai berikut:

1. Pendahuluan
2. Isi Artikel
3. Kerangka Umum Sebuah Makalah Akademis
4. Syarat Makalah Akademis Yang Baik
5. Mendapatkan Sebuah Topik
6. Topik atau Judul?
7. Menilai Sebuah Topik Makalah
8. Mengembangkan Sebuah Topik
9. Membentuk Kerangka Dasar
10. Sistematika dan Teknis Penulisan
11. Plagiarisme
12. Mana Yang Terlebih Dahulu Ditulis, Bab I atau Bab II?
13. Penulisan Uraian Pengembangan Topik dalam Bab II
14. Penulisan Bab I dan III
15. Penulisan Kesimpulan dan Saran
16. Pemilihan Judul
17. Penulisan Abstrak
18. Penutup

Daftar Pustaka

C. Kerangka Umum Sebuah Makalah Akademis

Dalam sebuah makalah umum, uraian jawaban atas pengujian terhadap beberapa masalah ditulis dalam kerangka sebagai berikut:

Abstrak

Kata Pengantar (halaman … )

Daftar Isi (halaman … )

Bab I Pendahuluan (halaman … )

1.1. Latar Belakang Masalah (halaman … )

1.2. Perumusan Masalah (halaman … )

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan dan Batasan (halaman … )

1.4. Tujuan Penulisan (halaman … )

1.5. Manfaat Penulisan (halaman … )

Bab II Pembahasan (halaman … )

2.1. Definisi Term (halaman … )

2.2. Pembahasan Masalah (halaman … )

Bab III Penutup (halaman … )

3.1. Kesimpulan (halaman … )

3.2. Saran (halaman … )

Daftar Pustaka

Lampiran

Sedikitnya, sebuah makalah terdiri dari tiga bab seperti pada kerangka diatas. Tetapi, jika sebuah pembahasan dirasakan memerlukan penjelasan lebih maka uraian pembahasan tersebut dapat ditambahkan pada bab lainnya, misalnya bab III untuk penambahan uraian pembahasan dan bab IV dijadikan penutup. Dari sudut pandang inilah sebuah makalah dapat dibedakan dari sebuah skripsi yang sering merupakan hasil laporan sebuah penelitian. Pada sebuah skripsi, bab III dituliskan sebagai uraian metodologi penelitian yang digunakan dan bab IV merupakan uraian hasil penelitian yang telah dilakukan.

Perlu diperhatikan bahwa setiap institusi memiliki ketentuan ataupun aturan-aturan tertentu dalam mendefinisikan kerangka penulisan makalah yang sudah pasti akan berbeda satu dengan lainnya. Penjelasan singkat tentang bagian dari kerangka diatas adalah sebagai berikut:

Abstrak merupakan gambaran umum tentang uraian yang ada pada sebuah makalah. Walaupun abstrak sangat penting bagi pembaca yang ingin mendapatkan ide umum tentang pembahasan masalah dalam sebuah makalah, banyak lembaga pendidikan formal tingkat sekolah menengah atas (SMA) atau tingkat pendidikan tinggi sekalipun belum menjadikan abstrak sebagai sebuah keharusan dalam penulisan sebuah makalah akademis.

Selanjutnya, penulisan kata pengantar yang mengarahkan pembaca kepada umum penulisan makalah. Kata pengantar biasanya dimulai dengan ucapan pujian kepada Allah SWT atas telah berhasilnya penulisan makalah serta alasan penulisan makalah tersebut. Ucapan terima kasih kepada semua pihak atas dukungan dan bantuan mereka terhadap proses penulisan makalah adalah bagian selanjutnya. Paragraf selanjutnya adalah pengakuan penulis tentang kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam makalah dan pada selanjutnya pengharapan kontribusi pembaca baik saran ataupun kritik untuk perbaikan makalah tersebut.

Sebuah kata pengantar ditutup dengan harapan penulis tentang manfaat dari makalah yang telah ditulisnya. Yang perlu dijadikan pedoman adalah hendaknya harapan-harapan penulis ditujukan kepada kontribusi makalah tersebut kepada field pendidikan yang sedang atau telah dijalaninya seperti; jika dalam jurusan pendidikan Bahasa Inggris maka harapannya adalah kiranya makalah ini dapat memberikan manfaat dalam rangka peningkatan kualitas pengajaran bahasa Inggris ditingkat sekolah menengah.

Daftar isi merupakan kerangka penulisan makalah yang merupakan jawaban tertulis dari analisa beberapa pertanyaan.

Bab I Pendahuluan merupakan pengenalan pembaca atas uraian pembahasan yang ada dalam makalah. Bab I diawali dengan latar belakang masalah yang merupakan gambaran umum tentang asal muasal muncul permasalahan yang akan dibahas. Contohnya seperti pada skripsi “Students’ Response towards the Use of Supermemory Music in Reading Lessons” (Respon siswa terhadap penggunaan musik supermemory dalam pelajaran membaca) oleh Herri Mulyono, Jurusan pendidikan Bahasa Inggris UNJ (2003), latar belakang dimulai dengan menguraikan pentingnya kemampuan membaca dalam bahasa Inggris yang telah menjadi bahasa internasional. Kemudian dilanjutkan dengan uraian tentang lembaga kursus yang memberikan penekanan kepada kemampuan membaca. Lalu, dituliskan bahwa musik supermemory membantu dalam proses pembentukan kemampuan membaca siswa.

Penulisan uraian dalam latar belakang masalah haruslah dapat menggiring pemahaman pembaca kepada inti permasalahan yang akan diuraikan pada bab-bab selanjutnya.

Merumuskan sebuah masalah adalah langkah berikutnya dalam proses penulisan sebuah makalah. Pernyataan dari inti masalah yang akan diuraikan dalam makalah dituliskan dalam bagian ini. Sudah barang tentu masalah yang didefinisikan dalam sebuah makalah akan mengundang banyak persepsi dari pembaca yang kemudian akan memperlebar area uraian dari jawaban atas masalah tersebut. Disinilah peran ruang lingkup dan pembahasan hadir guna memberikan batasan dari masalah yang akan dibahas serta berdampak kepada meyempitnya area persepsi dari para pembaca berkaitan dengan masalah dan pembahasannya tersebut.

Tujuan penulisan adalah kondisi yang melatar belakangi terjadinya proses penulisan makalah. Dan, manfaat penulisan merupakan konstribusi yang diberikan dari penulisan makalah tersebut.

Bab II Pembahasan merupakan uraian pembahasan dari masalah yang telah kita rumuskan pada langkah sebelumnya. Bab II berisikan definisi term dan uraian pembahasan. Seperti halnya pada langkah penulisan merumuskan masalah, definisi term harus dapat memberikan batasan pemahaman pembaca tentang masalah yang dibahas. Contohnya; seperti pada skripsi seperti pada skripsi “Students’ Response towards the Use of Supermemory Music in Reading Lessons” (Respon siswa terhadap penggunaan musik supermemory dalam pelajaran membaca) oleh Herri Mulyono, Jurusan pendidikan Bahasa Inggris UNJ (2003), batasan definisi dimulai dengan membatasi pengertian reading (membaca) dan reading lesson (pelajaran membaca). Kemudian penulis memberikan batasan tentang supermemory music (musik supermemory). Sudah menjadi aturan penulisan makalah akademis bahwa setiap definisi yang diberikan merupakan fakta atau teori (pendapat) para ahli (sumber teori).

Dalam bab III Penutup, penulisan difokuskan pada kesimpulan dari uraian pembahasan dalam bab 1 dan 2 (jika makalah hanya terdiri dari tiga bab) dan memberikan saran-saran secukupnya.

Jika pada sebuah makalah menggunakan tabel ataupun gambar yang sepertinya sulit untuk ditempatkan dalam area uraian pembahasan, maka tabel dan gambar tersebut dapat dilokasikan pada bagian lampiran. Yang perlu diingat dalam menampilkan lampiran adalah; 1) tabel atau gambar dalam lampiran telah dinyatakan dalam area uraian pembahasan pada bab terkait, 2) tabel atau gambar tersebut diberikan sumber dari mana mereka berasal.

D. Syarat Makalah Akademis Yang Baik

Sebuah makalah akademis dapat dikatakan baik jika mencakup kondisi seperti dibawah ini:

1. Memiliki topik uraian pembahasan masalah yang proporsional dan up-to-date (terkini).
2. Uraian pembahasan tidak melebar hingga jauh dari inti permasalahan dasar.
3. Uraian pembahasan secara tepat menjawab masalah yang dianalisa.
4. Mengikuti sistematika dan teknis penulisan baku yang berlaku umum.
5. Mengikuti level bahasa formal dan intelektual.
6. Terdapat keterkaitan erat (koherensi) serta hubungan saling mendukung antara setiap komponen yang terdapat didalamnya seperti: judul, kata pengantar, daftar isi, bab I dan sub-bagiannya, bab II dan sub-bagiannya, bab III dan sub-bagiannya serta dalam penulisan paragraf untuk setiap uraian pembahasan
7. Memiliki dukungan fakta dan teori serta daftar referensi bacaan lebih dari 10 sumber dengan tahun terbit tidak lebih dari 15 tahun dari tahun waktu proses penulisan berlangsung.
8. Tidak terdapat sedikitpun celah aktivitas plagiarisme.
9. Menawarkan solusi pemecahan masalah yang komprehensif

Sebuah makalah akademis yang baik tidak ditentukan oleh jumlah halaman melainkan lebih kepada isi materi yang singkat, padat, jelas dan komunikatif sehingga mampu menyampaikan informasi kepada pembaca dengan baik dan lancar. Serta, uraian pembahasan yang terdapat dalam makalah akademis secara tepat mengenai inti permasalahan yang digambarkan.

E. Mendapatkan Sebuah Topik

Topik merupakan suatu hal yang harus didapatkan pertama kali ketika akan memulai prose penulisan sebuah makalah. Dengan kata lain, langkah pertama proses penulisan sebuah makalah adalah menentukan topik. Topik merupakan inti semua permasalahan yang ada dalam sebuah makalah akademis dan karya ilmiah lainnya. Tanpa topik, sebuah makalah akademis atau karya ilmiah lainnya dapat dilihat seperti manusia tanpa jiwa.

Seseorang yang akan menulis sebuah makalah dapat mendapatkan topik untuk dikembangkan dalam area pembahasan masalah melalui beberapa cara sebagai berikut:

1. Diberikan langsung oleh pengajar atau dosen yang bersangkutan dibidangnya.
2. Membaca banyak sumber bacaan yang dapat memberikan gambaran umum tentang topik yang akan dipilih serta kemungkinan pengembangannya. Hal ini dapat juga dilakukan dengan cara menonton TV, berdiskusi ataupun brainstorming secara individual.
3. Terjun langsung ke lapangan yang berhubungan dengan jenis pendidikan yang dijalaninya. Contohnya; seorang mahasiswa jurusan pendidikan bahasa Inggris ingin menulis sebuah makalah tentang kesulitan yang dihadapi siswa berkaitan tentang kemampuan membaca dapat langsung mengunjungi tempat pembelajaran bahasa Inggris dan kemudian melakukan analisa langsung dalam kelas pembelajaran selama proses belajar-mengajar dalam institusi tersebut berlangsung.
4. Mengembangkan topik terdahulu yang pernah dituliskan oleh orang lain dalam sebuah makalah, skripsi atau karya ilmiah lainnya.

F. Topik atau Judul?

Banyak pemula dalam proses penulisan makalah salah mengartikan apa yang dirujuk oleh topik dan judul. Ketika seorang dosen memberikan topik masalah, misalnya, banyak mahasiswa yang kemudian menelan apa adanya topik tersebut dan menjadikannya sebuah judul. Sebagi contoh; seorang dosen memberikan perintah; “buatlah makalah dengan topik lingkungan hidup.” Merupakan sebuah kesalahan besar jika kemudian mahasiswa manafsirkannya topik “lingkungan hidup” kedalam sebuah judul “lingkungan hidup” dari makalah yang akan dituliskannya.

Walaupun memang, topik masalah dapat dijadikan sebuah judul tapi sudah lazimnya telah ditelaah terlebih dahulu apakah topik tersebut sudah layak untuk dijadikan objek pembahasan terlebih lagi menjadi judul makalah nantinya.

Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa topik adalah inti uraian pembahasan masalah pada proses penulisan makalah akademis ataupun karya ilmiah lainnya. Sedangkan judul adalah nama dari makalah yang telah dituliskan. Sebuah topik muncul ke permukaan sebelum lahirnya sebuah judul. Topik inilah kemudian memacu lahirnya beberapa point permasalahan untuk didiskusikan dalam sebuah makalah.

Sebuah judul dapat diambil dari topik yang telah dianalisa. Sebuah topik dapat dikatakan sebagai sebuah judul, tapi sebuah judul belum tentu merepresentasikan sebuah topik pembicaraan.

G. Menilai Sebuah Topik Makalah

Jangan pernah menelan mentah-mentah sebuah topik yang diberikan oleh seorang dosen dan menjadikannya inti uraian pembahasan. Ingat, bahwa sebuah topik yang baik memberikan area pembahasan yang tidak terlalu sempit sehingga dirasa sulit dikembangkan dan tidak terlalu luas hingga dirasa menjenuhkan.

Dalam menilai sebuah topik untuk proses penulisan sebuah makalah akademis beberapa hal dibawah ini dapat diajadikan pertimbangan:

1. Apakah topik tersebut memberikan area pembahasan yang proporsional?
2. Apakah topik yang dipilih menuju kepada inti permasalahan yang akan dibahas?
3. Apakah topik yang akan dijadikan inti permasalahan bersifat up-to-date (terkini) dan mampu memberikan solusi yang komprehensif?
4. Apakah terdapat fakta, teori ataupun penelitian yang telah dilakukan sebelumnya berkaitan dengan topik yang akan dibahas dalam makalah?
5. Apakah topik yang telah dianalisa tersebut memberikan peluang pencarian sumber-sumber bahan (baik fakta ataupun teori) yang tidak terlalu sulit?
6. Apakah topik yang akan dijadikan inti permasalahan tersebut memberikan manfaat serta kontribusi terhadap bidang pendidikan yang sedang atau telah dipelajari terlebih kepada masyarakat luas?

H. Mengembangkan Sebuah Topik

Langkah selanjutnya setelah melakukan analisa terhadap sebuah topik adalah melakukan pengembangan terhadap topik tersebut kedalam sebuah area pembahasan. Perlu diperhatikan bahwa topik yang akan dikembangkan sudah bersifat proporsional, seperti pada contoh topik sebelumnya tentang “lingkungan hidup,” maka topik yang proporsional adalah “Sterilisasi limbah pabrik HYN dalam mengurangi dampak pencemaran air di Desa Suka-suka aja.”

Sebenarnya, mengembangkan sebuah topik kedalam area pembahasan masalah merupakan bagian proses penelusuran informasi yang akan dituliskan dalam bab II. Oleh sebab itulah langkah pengembangan sebuah topik merupakan bagian dari proses penulisan bab II.

Pengembangan terhadap sebuah topik dapat dilakukan dalam dua cara;

Cara 1.

Pertama, buatlah daftar pertanyaan yang berkaitan dengan topik tersebut seperti dibawah ini:

1. Kenapa limbah pabrik HYN perlu disterilkan?
2. Zat apa saja yang terdapat pada limbah pabrik tersebut hingga perlu disterilkan?
3. Jika tidak disterilkan, apakah yang mungkin terjadi pada air tempat pembuangan limbah tersebut?
4. Kenapa memilih Desa Suka-suka aja sebagai objek diskusi?
5. 5. (dan selanjutnya …)

Semakin banyak jumlah pertanyaan akan membantu dalam penelusuran inti permasalahan yang kemudian akan mudah dalam mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Kedua, urutkan pertanyaan-pertanyaan tersebut dari yang bersifat umum ke khusus jika makalah yang akan dituliskan bersifat deduktif dan sebailknya dari yang bersifat khusus kepada yang bersifat umum untuk makalah induktif. Dalam artikel ini, penulis lebih menyarankan untuk penulisan makalah bersifat deduktif karena mudah dilakukan dan cendrung bersifat umum dilaksanakan pada perguruan tinggi.

Ketiga, lakukan seleksi dari tiap pertanyaan yang terdapat dalam daftar. Hilangkan yang dirasa tidak perlu dan tambahkan informasi jika memungkinkan. Semua pertanyaan yang tersisa harus memiliki koherensi dengan topik awal yang telah dianalisa.

Keempat, cobalah untuk mencari referensi (sumber-sumber) yang berkaitan dengan pertanyaan tersebut diatas. Contohnya; untuk pertanyaan No. 3 salah satu sumber bahan pertimbangan jawaban dapat didapatkan pada buku Kimia kelas 2 semester 2 oleh Michael Purba penerbit Erlangga tahun1995.

Kelima, inventarisir semua sumber bahan bacaan yang terkumpul untuk dijadikan sumber fakta dan teori. Buat copy dari sumber-sumber bahan tersebut sebagai bukti tertulis bahwa semua informasi yang diambil memiliki landasan yang kuat. Copy yang diperlukan dari masing-masing sumber bacaan adalah: lembar judul, lembar copyright buku (termasuk tahun terbitnya), serta halaman-halaman yang memuat informasi tersebut. Jika sumber bahan didapat dari internet maka hasil copy-an harus dalam bentuk format web page. Jika sumber bahan didapat dari pembicaraan maka harus dibuat transkripnya.

Keenam, uraikan jawaban dari tiap pertanyaan kedalam sebuah paragraf yang tersusun rapi.

Cara 2

Pada cara ke-2 tidak jauh berbeda dengan cara pertama, hanya saja bentuk daftar dibuat dalam bentuk diagram seperti digambarkan dibawah ini:

I. Membentuk Kerangka Dasar

Kerangka dasar dapat dibentuk dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disortir dan diurutkan sesuai dengan jenis makalah yang akan dikembangkan, induktif atau deduktif.

Pada bagian H telah dikemukakan bahwa proses pengembangan topik kedalam area pembahasan merupakan bagian dari proses penulisan bab II. Dapat pula diambil sebuah kesimpulan yang sama bahwa membentuk kerangka dasar pada bagian I ini pada hakekatnya adalah pembentukan kerangka dasar bab II.

Membentuk kerangka dasar dapat dilakukan dengan mengubah bentuk pertanyaan yang ada dalam daftar pertanyaan diatas menjadi frase-frase. Seperti bentuk pertanyaan pada point No. 3 “Jika tidak disterilkan, apakah yang mungkin terjadi pada air tempat pembuangan limbah tersebut?” dapat dituliskan “Dampak pencemaran air hasil pembuangan limbah pabrik HYN yang tidak steril.”

Langkah berikutnya adalah menyusun frase-frase tersebut sesuai dengan level kebutuhan area uraian pembahasan masalah. Hasil penyusunan frase-frase tersebut harus membentuk sebuah kerangka pembahasan bab II seperti contoh berikut:

Bab II Sterilisasi limbah pabrik HYN dalam mengurangi dampak pencemaran air di Desa Suka-suka aja.

2.1. Definisi-definisi

2.1.1. Definisi sterilisasi limbah pabrik

2.1.2. Definisi pencemaran

2.1.3. Definisi pencemaran air

2.2. Zat kimia pada limbah pabrik HYN

2.3. (dan selanjutnya …)

J. Sistematika dan Teknis Penulisan

Seperti telah diuraikan pada bagian C, bahwa setiap institusi pendidikan formal memiliki ketentuan dan aturan-aturan tersendiri berkaitan dengan sistematika dan teknis penulisan makalah. Tentunya, sebuah ketentuan serta aturan-aturan berkaitan dengan sistematika dan teknis penulisan sebuah makalah di sebuah institusi pendidikan formal akan sama atau mungkin jauh berbeda dari yang lainnya.

Sistematika dan teknik penulisan karya ilmiah yang umum digunakan adalah mengikuti sistematika dan teknik penulisan dalam buku Publication Manual of The American Psychological Association, oleh American Psychological Association yang diterbitkan pada tahun 2001 di Washington DC. Sistematika dan teknis penulisan tersebut kemudian dikenal dengan APA Format. Format penulisan APA dapat diakses melalui website http://owl.english.purdue.edu/handouts/research/r_apa.htm

Sistematika dan teknis penulisan yang terdapat dalam format APA mencakup jenis kertas dan spasi ketikan, teknik kutipan dan caranya, daftar referensi, serta teknis penulisan daftar pustaka baik untuk sumber cetakan ataupun elektronik. Prosedur penggunaan sistematika dan teknis penulisan dengan menggunakan format APA dalam proses penulisan makalah dapat mengakses alamat web diatas.

Berkaitan dengan jenis kertas yang digunakan, format APA menggunakan jenis kertas HVS putih ukuran standard (8.5 x 11 inchi) dengan area pengetikan satu inchi dari semua batas penggir kertas. Tapi, beberapa perguruan tinggi di Indonesia menggunakan jenis kertas ukuran A4 (210 x 297 mm) dengan berat 80 g/m2. Sedangkan batas untuk area pengetikan adalah 4 cm dari batas pinggir atas dan kiri dan 3 cm dari batas pinggir bawah dan kanan kertas.

K. Plagiarisme

Plagiarisme adalah sebuah tindakan pengakuan sepihak oleh seorang penulis atas ide orang lain dalam proses penulisan makalah. Tindakan pengakuan sepihak tersebut berkaitan dengan pengutipan baik secara langsung maupun tidak langsung ide orang lain yang terdapat dalam media cetak (buku, majalah, internet ataup pembicaraan sekalipun) tanpa adanya penulisan dari mana sumber itu berasal.

Dalam sumber: http://webster.comment.edu/mla/plagiarism diperlihatkan beberapa kondisi yang dapat dikatagorikan sebagai plagiarisme (penjiplakan) seperti:

1. Terlalu banyak menggunakan struktur kalimat dan kata dari sumber. Pratitis (2003) dalam kuliahnya Bimbingan Skripsi menambahkan bahwa setiap tindakan penulisan lebih dari empat struktur kata atau kalimat dari kutipan sumber dapat dimasukkan kedalam tindakan penjiplakan.
2. Menuliskan pendapat yang sama seperti pendapat pada sumber.
3. Tidak menampilkan asal sumber.

Naturalnya sebagai sebuah tulisan ilmiah, makalah akademis sudah barang tentu harus didukung oleh fakta atau teori-teori yang ada berkaitan dengan uraian pembahasan masalah. Tapi yang harus selalu diingat bagi seorang penulis makalah adalah jika kutipan-kutipan yang diambil dari sumber-sumber ditampilkan apa adanya tanpa menghadirkan analisa dan pada pihak yang mana si-penulis berdiri maka dapat dikatakan bahwa makalah tersebut adalah jiplakan atau saduran semata yang tidak pernah memperlihatkan objektivitas.

L. Mana Yang Terlebih Dahulu Ditulis, Bab I atau Bab II?

Perbedaan pendapat tentang bagian makalah yang terlebih dahulu ditulis antara Bab I ataukah Bab II banyak bermunculan. Hal ini dikarenakan manfaat yang dapat diberikan dari masing-masing penulisan. Seperti misalnya, jika Bab I dituliskan terlebih dahulu mengandung arti bahwa gambaran umum diuraikan pada awal proses penulisan makalah yang kemudian akan mempermudah penulisan uraian pembahasan masalah pada bab-bab selanjutnya. Dengan kata lain, spesifikasi masalah akan mudah diidentifikasi jika gambaran umumnya telah didapat.

Walaupun demikian, Pratitis (2003) menegaskan bahwa penulisan uraian pembahasan dalam Bab II terlebih dahulu akan memberikan keuntungan lain sejalan telah dijelaskannya spesifikasi masalah dalam bab ini. Sehingga, penulisan Bab I sebagai gambaran umum dapat merupakan generalisasi uraian masalah yang telah didiskusikan dalam Bab II.

Dalam panduan yang diuraikan dalam artikel ini, penulis menganjurkan penulisan Bab II terlebih dahulu dikarenakan akan mempermudah proses penulisan bab-bab dalam makalah selanjutnya seperti Bab I dan III serta jika ada, sebuah abstrak.

M. Penulisan Uraian Pengembangan Topik dalam Bab II

Langkah yang dilakukan dalam bagian H dan I telah memberikan kontribusi kerangka pembahasan untuk proses penulisan makalah yang sedang berlangsung. Lebih jauh, baiknya jawaban-jawaban terhadap masing-masing pertanyaan diberikan dalam sebuah uraian dalam bentuk paragraf. Dan, paragraf hasil bentukan dari jawaban inilah yang merupakan uraian pembahasan yang dapat ditempatkan dalam bab II tergantung pada sub-bab yang sedang kita susun.

Yang perlu diperhatikan dalam penulisan paragraf jawaban atas pertanyaan adalah bahwa setiap paragraf hanya memungkinkan untuk membawa satu ide pembicaraan. Tentunya, setiap ide pembicaraan akan berjalan seperti alur air mengalir dari awal sampai akhir, yang berarti sebuah paragraf merupakan kelanjutan atau mungkin penjelasan dari paragraf sebelumnya dan memberikan ruang uraian kesimpulan pada paragraf setelahnya.

Menambahkan informasi dari referensi sumber bacaan tetap disarankan. Hal ini dikarenakan akan menambah fakta dan dukungan terhadap isi materi yang dituliskan dalam bab II.

N. Penulisan Bab I dan III

Dalam penulisan makalah terdiri atas 3 bab terurai bab I sebagai pendahuluan, bab II sebagai inti pembicaraan dan bab III sebagai kesimpulan dan saran, akan memperlihatkan bab II sebagai inti dari keseluruhan bab-bab yang ada. Hal ini disebabkan bahwa bab I hanyalah generalisasi dari bab II dan bab III merupakan kesimpulan akhir uraian pembahasan yang didiskusikan dalam bab II. Dengan kata lain, selesainya penulisan bab II adalah telah terselesaikannya 75% proses penulisan makalah akademis yang sedang berlangsung.

Generalisasi pembahasan yang terdapat dalam latar belakang masalah pada bab I ditulis berdasarkan uraian pembahasan masalah pada bab II bagian sub-bab ke-dua, yaitu pembahasan. Perumusan masalahnya kemudian dialurkan pada inti pokok masalah yang didiskusikan pada sub-bab yang sama dengan memberikan batasan-batasan seperti yang telah dijelaskan pada uraian sebelumnya (lihat bagian c tentang ruang lingkup dan pembahasan). Yang harus diingat adalah bagian latar belakang dalam bab I memerikan informasi kepada pembaca tentang alasan timbulnya permasalahan hingga harus diberikan uraian jawaban dalam makalah. Sedangkan, penulisan tujuan dan manfaat penulisan makalah dapat disesuaikan dengan kondisi dalam proses penulisan.

Bab III memberikan kesimpulan dari semua yang telah diuraikan dalam bab II sub-bab pembahasan kemudian memberikan saran-saran tentang kondisi-kondisi tertentu yang dituliskan pada sub-bab tersebut.


O. Penulisan Kesimpulan dan Saran

Dalam sebuah skripsi, kesimpulan digambarkan sebagai uraian hasil penelitian yang telah dilakukan dengan pencakupan data yang ada. Sedangkan pada sebuah makalah akademis yang bukan penelitian, kesimpulan merupakan generalisasi pembahasan yang dituliskan dengan singkat.

Menuliskan kesimpulan untuk dapat ditempatkan dalam bab penutup dapat dituliskan dengan dua cara; 1) menuliskan dalam paragram yang berisikan gambaran umum dari uraian pembahasan masalah dalam bab II atau 2) menuliskannya per-point untuk setiap materi pembahasan.

Pada bagian sebelumnya (lihat bagian D tentang syarat makalah akademis yang baik) telah diuraikan bahwa sebuah makalah yang baik adalah yang mampu memberikan solusi pemecahan masalah yang baik terhadap inti uraian pembahasan masalah dalam makalah tersebut. Dari sinilah pentingnya penulisan saran-saran penulis yang menawarkan alternatif solusi pemecahan masalah yang komprehensif berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas.

P. Pemilihan Judul

Pemelihan judul makalah menandakan telah terselesaikannya 90% proses penulisan makalah akademis.

Banyak anggapan yang mengatakan bahwa proses pemilihan judul dan penulisannya merupakan sebuah proses mudah yang tidak memerlukan waktu lama. Tapi pada kenyataannya, memilihkan sebuah judul atas makalah yang sedang ditulis merupakan proses berat karena sebuah judul harus dapat mengarahkan pemahaman pembaca tentang keseluruhan uraian pembahasan dalam makalah akademis.

Jika sebuah judul tidak merepresentasikan isi uraian pembahasan, maka makalah akademis tersebut telah cacat.

Atas maksud inilah, proses pemilihan judul hendaknya menjadi langkah terakhir setelah meletakkan langkah pertama pada penempatan topik yang proporsional sebagai inti pengembangan uraian pembahasan masalah.

Jika sebuah topik telah dianggap proporsional didalam merepresentasikan detail pembahasan masalah yang dituliskan dalam makalah akademis, maka dapat secara mudahnya menjadikan topik tersebut sebagai judul makalah walaupun masih terdapat besar kemungkinan penambahan frase ataupun kalimat.

Sebuah judul harus singkat, padat dan jelas. Biasanya sebuah judul dituliskan dengan tidak menggunakan sebuah kalimat lengkap yang mencakup pemakaian subjek, predikat serta objek melainkan disusun atas sebuah atau beberapa frase.


Q. Penulisan Abstrak

Dalam sistematika penulisan makalah akademis kesimpulan akhir sebuah isi atau kandungan keseluruhan materi dalam sebuah makalah dikenal dengan istilah abstrak. Dengan kata lain abstrak dapat diartikan sebagai uraian singkat atas keseluruhan materi pembahasan dalam sebuah makalah akademis.

Dilihat dari kemanfaatannya, kehadiran abstrak pada sebuah makalah akademis ataupun karya ilmiah lainnya dapat membantu pembaca dalam memahami keseluruhan uraian pembahasan. Walaupun demikian, seperti telah dijelaskan diatas bahwa penulisan abstrak belum dijadikan sebuah keharusan dalam proses penulisan makalah akademis di jenjang sekolah menengah atas (SMA) ataupun perguruan tinggi.

Umumnya, abstrak ditulis hanya dalam satu halaman dan maksimal dua halaman dengan penulisan teks satu spasi (spasi tunggal). Paragraf pertama dibuka dengan penulisan nama penulis, judul makalah (dengan garis bawah), jenis penulisan, jenis dan jenjang pendidikan serta bulan tahun penulisan. Perhatikan contoh berikut:

DWI HARIYADI, Pendekatan Keterampilan Proses dan Pendekatan Pencapaian Konsep Dalam Pembelajaran Fisika. Skripsi. Jakarta: Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta, Juli 2003.

Paragraf selanjutnya menguraikan tujuan penulisan makalah akademis kemudian dialurkan kepada pernyataan permasalahan, analisa serta jawaban dari pertanyaan tersebut.

R. Penutup

Demikianlah uraian singkat tentang langkah-langkah dalam proses penulisan makalah akademis. Tentunya, uraian singkat ini dapat bermanfaat bagi para siswa sekolah menengah atas maupun mahasiswa perguruan tinggi didalam memulai proses penulisan makalah akademis mereka.

Daftar Pustaka

Sumber Bacaan

Arikunto, Suharsimi, Dr. 1996. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ary, Donald., Lucy Chaser Jacobs, Asghar Razevieh. ____. Introduction to Research in Education. Second Edition. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Hadi, Sutrisno. 1986. Metodologi Research. Buku 1 – 2. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

MIT Online Writing and Communication Center. Writing a Thesis. Available at: http://web.mit.edu./writing/Writing_Types/writingthesis.html

Nasution, S. 1987. Metode Research. Bandung: Penerbit Jammars.

Purba, Michael. Kimia 2000 untuk SMU Kelas 2. 2A. Jakarta: Erlangga.

Purdue University Online Writing Lab. 2001. Using American Psychological Association (APA) Format. Available at: http://owl.english. purdue.edu/handouts/research/r_apa.htm

Term Language Association Documentation. _____. A Statement on Plagiarism. Available at: http://webster.comment.edu/mla/plagiarism

Skripsi tidak diterbitkan

Hastuti, Wiji. 2001. The Correlation Between Student’s Vocabulary Mastery and Reading Comprehension (Hubungan Antara Pencapaian Kosa Kata Siswa dengan Kemampuan Membaca). Jakarta: Jurusan Bahasa Inggris IKIP Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.

Hariyadi, Dwi. 2003. Pendekatan Keterampilan Proses dan Pendekatan Pencapaian Konsep dalam Pembelajaran Fisika. Jakarta: Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta.

Mulyono, Herri. 2003. Students’ Response towards the Use of Supermemory Music in Reading Lessons (Respon siswa terhadap penggunaan musik supermemory dalam pelajaran membaca), Studi Kasus di Intensive English Course (IEC) Tanjung Priuk Jakarta Utara. Jakarta: Jurusan pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta.

Ceramah Kuliah

Pratitis, Banu (2003). Ceramah Kuliah Bimbingan Skripsi. Jakarta: Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta.

Perangkat Lunak

Kamus elektronik Linguist Versi 1.0. 1997

Kamus elektronik Concise Oxford Dictionary – the tenth edition Versi 1.1. 2001. Oxford University Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda tentang tulisan saya.
Saya yakin komentar anda akan lebih memperkaya warna di blog ini