Kamis, 13 Januari 2011

TUGAS MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI KESEHATAN LINGKUNGAN
“ANALISIS ARTIKEL PENYAKIT VECTOR BORNE DESEASE TERHADAP INTERFACE
SERTA UPAYA PENGENDALIANNYA”
Oleh:
DADANG SUDIRMAN
NPM. 091510171
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2011

Malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh protozoa parasit dari golongan plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk anopheles. Di dalam sebuah studi epidemiologi kesehatan lingkungan dikenal bahwa penyebaran penyakit menular dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu host, agent, dan lingkungan yang disebut sebagai segitiga epidemiologi.

Lingkungan merupakan salah satu faktor terbesar yang mempengaruhi status kesehatan manusia sebagai host. Di lingkungan tersebut apabila ada relung (niche) yang diisi oleh vector, yang dalam hal ini adalah nyamuk anopheles, maka manusia yang berada di lingkungan tersebut memiliki resiko untuk tertular oleh penyakit malaria. Keberadaan niche yang diisi oleh vector nyamuk anopheles apabila terdapat interface di lingkungan tersebut, berupa genangan air, rawa, dan tumbuhan yang tumbuh rapat seperti di perkebunan dan hutan primer, maka lingkungan tersebut akan menjadi daerah endemic malaria.

Pemberantasan malaria telah diupayakan sejak pertama kali malaria muncul di muka bumi. Berbagai upaya dilakukan mulai dari ilmu perdukunan hingga kedokteran modern dilakukan untuk dapat memerangi penyakit malaria, bahkan telah banyak ilmuwan yang melakukan penelitian mengenai nyamuk penyebar malaria, anopheles. Namun pemberantasan vector penyebar malaria tidak semudah yang diharapkan, banyak sekali kendala terutama partisipasi semua pihak dalam penggalangan tenaga, biaya, dan material yang diperlukan dalam pemberantasan vector penyebar malaria. Alih-alih membantu pemberantasan vector, ilmuwan lebih tertarik kepada sang vector untuk meneliti, apakah yang akan terjadi jika gen nyamuk dimodifikasi, atau dilakukan perlakuan yang lainnya untuk mendapatkan kembali kucuran dana dari hasil penjualan ke industri perfileman dan majalah “Nature” atau “Science”.

Pada awal masa kemunculan wabah malaria di Australia, para ilmuwan dan ahli epidemiologi mengerahkan semua sumberdaya yang ada untuk memburu nyamuk sampai ke rawa-rawa sarang nyamuk berkembang biak sambil melakukan pengobatan kepada penderita malaria. Hasilnya adalah penurunan kejadian malaria yang sangat signifikan. Namun, sekarang giliran benua Afrika yang mengalami kejadian malaria yang luar biasa, dimana 90% kasus malaria dunia terjadi di sana, dunia malah menutup “dompet” dan meminta mereka tidur di bawah kelambu jika tidak ingin terjangkit malaria. Jika saja perlakuan pemberantasan nyamuk seperti yang pernah dilakukan di Australia dilaksanakan di semua daerah endemic malaria, maka malaria akan lebih mudah dikendalikan.

Di Indonesia sendiri, pemberantasan nyamuk vector malaria dengan cara penyemprotan racun serangga DDT dan dieldrin secara besar-besaran pernah dilaksanakan dengan metode indoor residual spraying. Hasilnya sangat baik namun terpaksa dihentikan dikarenakan kekacauan politik setelah Indonesia diumumkan bebas malaria oleh presiden Soekarno kala itu.

Namun, kelemahan dari gerakan ini adalah perlunya dukungan dari semua pihak, baik pemerintah, maupun masyarakat, serta dana yang sangat besar mengingat wilayah breeding place vector ini tersebar sangat luas.

Kebutuhan sumber daya yang sangat besar merupakan kendala terbesar dalam pemberantasan vector penyebar malaria, namun bukan berarti malaria tidak dapat dikendalikan. Keberadaan interface di lingkungan merupakan kunci utama pengendalian malaria. Interface merupakan tempat dimana vector dapat beristirahat dan berkembangbiak hingga memampukan vector menjangkau kediaman manusia dan menyebarkan agent penyakit malaria yang dibawa olehnya. Dengan mengetahui interface tersebut, maka pengendalian malaria dapat dilakukan dengan memberikan perlakuan terhadap interface tersebut.

Interface nyamuk anopheles penyebar plasmodium, seperti yang telah kita ketahui adalah genangan air, termasuk empang dan kolam. Dalam pengendalian nyamuk anopheles, dapat digunakan pendekatan pemberantasan menggunakan predator alami seperti ikan dan katak. Untuk memampukan katak menjangkau tengah empang dapat diberikan tanaman teratai sebagai tempat katak berpijak dan beristirahat. Untuk menghindari gigitan nyamuk, maka dianjurkan kepada masyarakat untuk tidak keluar rumah di malam hari, atau menggunakan repelan jika harus keluar rumah. Repelan juga disarankan untuk digunakan bila masyarakat memasuki area interface seperti hutan atau kebun yang rimbun dan banyak tampungan genangan airnya. Pada skala lebih besar, dapat dilakukan penggelontoran air ke genangan-genangan air sehingga larva nyamuk hanyut terbawa air sebelum bermetamorfosis menjadi nyamuk dewasa.

Sumber artikel:
http://artikel-info-kesehatan.blogspot.com/2009/11/penyakit-malaria.html
http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/category/tags-bahasa-indonesia/malaria