Selasa, 20 Januari 2009

Tenaga Kesehatan Juga Manusia

Paradigma yang ada di masyarakat kita sekarang ini menganggap tenaga kesehatan adalah manusia super, tidak bisa sakit dan tidak boleh sakit. Sehingga saat seorang tenaga kesehatan jatuh sakit banyak masyarakat awam yang keheranan dan mengira si tenaga kesehatan itu cuma pura-pura agar bisa bolos kerja. Hal ini sering ditemui petugas kesehatan yang bertugas di pedalaman. Bukan saja karena seharusnya petugas kesehatan bisa menjaga kesehatannya akan tetapi juga karena stress yang dialami masyarakat dan petugas kesehatan itu sendiri. Petugas kesehatan stress karena berada di tempat tugas yang jauh dari peradaban modern. Sedangkan masyarakat stress akibat rasa takut ditinggalkan oleh petugas. Ini dibuktikan dengan petugas kesehatan di lapangan pernyata lebih mendapat sorotan masyarakat ketimbang petugas lainnya. Contoh, jika seorang perawat mangkir 3 hari akan dengan cepat masyarakat melapor ke instansi terkait. Tapi ini tidak terjadi pada petugas pemerintahan lainnya. Mungkin tidak semua tempat seperti ini, tapi inilah yang saya dapati. Bagi masyarakat awam petugas kesehatan adalah manusia super atau bahkan malaikat yang tidak boleh berbuat kesalahan. Padahal petugas kesehatan juga perlu menjernihkan pikiran, memperoleh asupan gizi yang setidaknya bisa terpenuhi walau seminggu sekali, atau cuma untuk sekedar cuci mata. Kebutuhan petugas kesehatan sama saja dengan manusia lainnya.
Di kota, petugas kesehatan dipandang sebagai orang sukses. Ya, siapa di dunia ini yang tidak perlu kesehatan? Petugas kesehatan dibiayai atas jasanya mendeteksi penyakit dan merawat pasien. Memang sepertinya pekerjaan medik dan paramedik itu sederhana dengan bayaran yang lumayan tinggi. Padahal pekerjaan medik dan paramedis sangat rumit dan perlu konsentrasi penuh tanpa tekanan baik dari pihak pasien, keluarga pasien, atasan, keluarga petugas maupun hal lainnya yang dapat membuat perasaan tertekan. Saya sering menemui peristiwa dimana keluarga pasien ingin si pasien kondisinya cepat membaik, misalnya karena diare. Keluarga pasien meminta agar diare si pasien cepat berhenti, padahal hal seperti ini malah akan membuat masalah baru. Setelah keluarga pasien diberi penjelasan mereka mengerti dan maklum namun kemudia datang lagi keluarga jauh yang baru datang menjenguk dan marah-marah kepada petugas. Padahal kejadian ini tidak perlu terjadi kalau saja pihak keluarga yang telah paham tadi mau bekerjasama memberi penjelasan kepada kerabatnya yang baru datang itu tadi. Apakah sebanding upah yang diterima petugas kesehatan dengan beban stress yang dialaminya? Belum lagi resiko tertular penyakit dan bagaimana jika tertular? Cukupkah uang yang diterima untuk biaya pengobatan?